Bismillah..
Bermula keinginan sederhana untuk menghilangkan kelemahan terbesarku dalam menulis. Kucoba menghabiskan waktu untuk menyusun kalimat-kalimat singkat, yang begitu perlahan keluar dari pikiranku namun tetap saja tak boleh dibiarkan hilang dan menguap begitu saja. ^^
KEKUATAN NIAT YANG TIDAK KUAT!
Dorongan untuk melakukan sesuatu disebut motivasi yang dalam istilah islam disebut NIAT. Sudah sering kita dengar hadits Rasulullah “Bahwa amal itu tergantung NIATnya.” Orang yang optimis akan menyadari pentingnya NIAT, NIAT mampu mengubah hal yang mubah menjadi ibadah. Maka tak berlebihan jika Imam Syafi’I menyebut hadits ini adalah sepertiga dari ilmu.
Tetapi kusadari banyak sekali hal yang tidak bisa diterima hati kecilku saat mengevaluasi sejenak pemahaman tentang NIAT selama ini. Mudah sekali otak ini berNIAT 'melakukan' kemudian bersikap ‘longgar’ dan melupakannya begitu saja. BerNIAT berubah menjadi lebih baik, berNIAT lebih bijak membagi waktu, bahkan sekedar berNIAT menjalankan ‘islam saja’ bukan ‘islam tapi’. Jika sudah seperti itu apakah bijak berkata “yang penting NIATnya baik?”
Perkataan pada diri sendiri saat bersikap sok bijak “Walaupun hanya sekedar NIAT baik saja itu sudah mendapat ganjaran pahala.” Ngapain juga susah-susah menjalankan NIAT itu (apalagi kalau NIAT itu memang 'susah'), tanpa merealisasikannya pun sudah mendapat pahala! Sering-sering berNIAT baik supaya pahalanya banyak. Pikiran picik ini selalu dijadikan alasan ketika tak ada satupun bukti nyata dari semua NIAT baik yang terlintas di benak. Begitu murahkah harga sebuah NIAT?
Begitu sering hati ini tertipu, menganggap NIAT serupa dengan rencana. NIAT berbeda dengan maksud, bukan juga sebuah rencana. NIAT adalah alasan seseorang untuk bertindak. NIAT adalah sesuatu yang sangat dalam bersemayam di dalam hati, bukan sekedar kalimat lisan yang dilontarkan. Kenyataan yang harus kuterima, berNIAT bukan artinya berbuat atau merencanakan sesuatu!
Kelemahan NIATku selama ini
Untuk menjawab pertanyaan dan menutup setiap celah yang melonggarkan NIATku, ku coba mencari setiap titik lemah NIATku selama ini. Mencoba untuk tidak berkompromi dengan NIAT yang dikendalikan perasaan. Menghentikan kebiasaan menunda sesuatu atas nama NIAT.
- NIAT itu lemah saat berdiri sendiri
NIAT itu lemah, dia memerlukan semangat kuat untuk dapat terwujud. Dia memerlukan topangan untuk sekedar berdiri tegak. Malulah saat menggantungkan diri pada NIAT yang begitu lemah dan sama sekali tak berdaya. Tidak percaya? Bahkan tanpa melakukan apapun kepadanya, NIAT itu akan mengecil dan menghilang begitu saja tanpa kita sadari. Saat kau lengah dia akan lenyap tanpa bekas. Ya, ATROFI!
Ternyata NIAT itu terlalu dingin untuk menghangatkan dirinya sendiri, apalagi untuk membakar semangat yang akan menggerakkan tubuh. Sebaliknya, semangat kita yang akan menguatkan NIAT. Ketulusan kita yang akan menopang saat NIAT itu patah dan hampir terjatuh. Keikhlasan kita yang akan mempertahankan NIAT itu untuk sekedar tetap ada. Ketekunan kita yang akan melindungi NIAT itu agar tidak habis bergesekkan dengan waktu dan kepentingan kita. Berhentilah berharap hanya pada NIAT itu sendiri, karena NIAT perlu teman untuk berdiri!
- NIAT itu longgar saat tidak dievaluasi
NIAT itu longgar, dan akan semakin lemah ikatannya saat tidak dievaluasi. NIAT tidak mampu mengikat dan menarik semua potensi kita begitu saja sementara kita tak meluangkan waktu mengevaluasinya. Meluangkan waktu untuk melihat apakah ikatannya masih kuat, apakah 'semua' hal sudah terikat dengan baik, apakah ada bagian yang putus atau terlepas, apakah talinya perlu diganti karena sudah terlalu tipis setelah dimakan usia. Benar-benar merepotkan.
Tapi memang seperti itu kewajiban kita, biasakanlah mengeceknya setiap saat agar semuanya terasa ringan wahai hati. Tak perlu menunggu , kemudian berusah payah mengikat kembali NIAT itu dari awal. Tak perlu juga menunggu orang lain mengingatkan kita jika ada hal yang terlepas. Evaluasi NIAT itu setiap hari sebelum terlelap, evaluasi setiap hal yang bisa diingat hari ini, eliminasi setiap masalah yang berpotensi melepaskan ikatan terkecilnya, rencanakan strategi untuk menambah ikatan baru keesokan harinya. Merepotkan memang, karena NIAT memang longgar saat tidak dievaluasi!
- NIAT itu rapuh saat dijadikan pembenaran
Seberapa sering hati ini menjadikan NIAT baik sebagai pembenaran setiap kegagalan dan rencana yang tidak terlaksana? Saat NIAT menjadi tidak berarti dan dianggap hanya sebagai formalitas. Saat NIAT dianggap sebagai kewajiban yang bahkan 'tidak wajib dipenuhi'. Misalnya saat hati berkata “Aku akan berhenti pacaran suatu saat, yah yang penting NIAT baiknya dulu kan. Ada yang salah?” atau saat berkata “Aku berNIAT akan memperjuangkan agama ini, tapi mungkin tidak sekarang sih.” Kuhela napas panjang dan kuberanikan mulut ini untuk berkata “NIAT itu rapuh kawan!”
Berhentilah menganggap remeh NIATmu wahai hati. Memang NIAT itu begitu fleksibel, dia bisa bergerak dengan lentur mengikuti keinginan kita. Menghindari waktu yang terus berlalu, bersembunyi jauh di dalam hati dari tuntutan untuk mewujudkannya. Tapi itu kelebihan NIAT yang membuat kita selalu terlena! NIAT tidak akan menjadi pembenaran untuk usahamu yang setengah-setengah. Tidak layak menjadi tameng untuk pekerjaan yang dilakukan dengan terpaksa. Tidak bersalah untuk menjadi kambing hitam dari setiap kegagalan karena bercampur denga keegoisan kita. NIAT itu rapuh, karena dirimu sendiri kawan.
- NIAT itu bukan kalimat positif yang dipaksakan,
Sering kali aku terjebak. Menganggap cukup berpikiran positif di pagi hari, kemudian kembali melangkah terseret-seret, bahu turun, pandangan merunduk ke bumi, kemudian mengatakan hal yang sama “Belum waktunya aku berhasil, mereka lebih pantas, lebih cerdas, lebih rajin, lebih fokus dalam usaha dan sebagainya.” BerNIAT bukan berarti mengucapkan “motivasi tanpa fondasi”. Semua itu hanya ILUSI yang bisa membuat hati bersemangat dalam hitungan detik dan kembali sinis pada jam berikutnya. Semua hanya permainan perasaan, bukan tuntutan logika.
Wahai hati, NIAT adalah sesuatu yang dibangun dengan dasar yang jelas, cobalah memasang tujuan yang jelas dari semua NIATmu. Susunlah rencana praktis yang segera dapat dilakukan setelah memiliki keberanian untuk berNIAT. Sadarlah HANYA termotivasi belaka sama sekali tidak ada gunanya, sama sia-sianya hanya dengan berpikiran positif. Terakhir, berlindunglah pada Allah, dari tipu daya setan yang meninggikan harapan pada dunia, yang memotivasi dan melambungkan angan-angan dalam hidup. Tetapi menyisipkan rasa malas yang menjadikan NIAT sebagai tameng kegagalan.
Gantungkanlah NIAT hanya kepada Allah, jangan ragu untuk memasang NIAT kawan, tapi teruslah malu ketika usahamu berhenti hanya sampai berNIAT. Berlindunglah dari godaan setan, evaluasi mimpimu, ikhlaskan semuanya untuk Allah. Kesimpulan akhir, BERHENTILAH hanya berharap pada ‘kekuatan NIAT yang tidak kuat’, sehingga saatku mengevaluasimu kelak keesokan hari, aku mampu tersenyum dan berkata “Benar, NIATmu lurus hanya untuk Allah, NIATmu tidak bergantung pada perasaan, NIATmu akan semakin kuat walaupun semua orang berusaha melonggarkannya. Bersabarlah dalam kebaikan wahai hati.”
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin khattab RA, dia berkata: saya mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung NIATnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia NIATkan.
Palangkaraya, 28 Januari 2011, 18.08 WIB
* Saat waktu terasa menghimpit, untuk menyelamatkan NIAT yang sudah terlalu lama menjadi alasanku memaklumi kegagalan.
* Di tempatku menghabiskan masa kecil, tempat belajar mendewasakan diri di tengah semua sifat kekanak-kanakanku (Dirza AR)
0 komentar:
Posting Komentar